Minggu, 26 Juli 2009

Sistem Resirkulasi


PEMERINTAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
DINAS PERIKANAN
KOMPLEK PERKANTORAN PEMERINTAH DAERAH 
KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

Telp/Fax : 0760-561849

I. Pendahuluan
Kabupaten Kuantan Singingi merupakan Kabupaten yang kaya dengan sumberdaya hayati perairan umum, berbagai macam jenis ikan lokal banyak dijumpai di Kabupaten Kuantan Singingi, akan tetapi beberapa tahun belakangan ini jenis-jenis dari ikan lokal tersebut sudah sangat jarang keberadaannya. Hal ini disebabkan pengeksploitasian kawasan perairan umum seperti adanya aktifitas penangkapan yang tidak ramah lingkungan seperti penangkapan dengan bahan beracun dan penyentruman, selanjutnya adanya degradasi lingkungan seperti aktifitas penambangan yang tidak memperhatikan kelestarian perairan.
Untuk itu Dinas Perikanan berupaya melakukan pembenihan ikan-ikan lokal melalui ”Rekayasa Teknologi Pembenihan Ikan dengan Sistim Corong Resirkulasi”.
Beberapa jenis ikan lokal yang telah berhasil dikembangkan di Kabupaten Kuantan Singingi diantaranya adalah ikan Kapiat (Puntius schwanenfeldi), Paweh/Nilem (Osteochillus haselti C.V. 


II. Alat dan Bahan
Dalam sistim corong resirkulasi alat dan bahan yang digunakan adalah :

  • Corong, terbuat dari bahan fiber glass kapasitas air ± 70 – 100 liter.
  • Pipa air masuk dan air keluar digunakan paralon.
  • Aerasi, dengan menggunakan hi-blow/aerator.
  • Saringan air/filter, dengan menggunakan kain filter/busa.
  • Bak penampungan air, terbuat dari bahan fiber glass.
  • Drum kontrol, digunakan drum plastik.

 
III. Peran dan Fungsi 
Dalam pelaksanaan pembenihan, sistem corong resirkulasi ini sangat berperan sekali terhadap penetasan telur yang telah dipijahkan, adapun telur yang telah dipijahkan pada wadah pemijahan dipindahkan kedalam corong resirkulasi, dibawah ini dapat dilihat design corong penetasan sistim resirkulasi


Adapun fungsi dari sistim corong resirkulasi ini adalah :

  • Media corong adalah wadah tempat telur, pada media ini terjadi pengadukan telur karena adanya sirkulasi air.
  • Paralon Saringan Corong, dipasang di dalam wadah corong yang berfungsi sebagai saringan untuk mencegah keluarnya telur ke paralon air buang, sekaligus berfungsi sebagai kontrol volume air corong.
  • Aerasi, untuk menambah kandungan oksigen terlarut dan sekaligus berfungsi untuk membantu pengadukan air dalam corong.
  • Paralon Air Buang, berfungsi sebagai pelimpahan air dalam corong yang mengalir ke bak penampungan yang dilengkapi dengan saringan air (filter air).
  • Saringan Air, berfungsi sebagai penyaring kotoran dari pelimpahan air corong.
  • Bak Penampungan Air, berfungsi sebagai penampungan air yang selanjutnya akan dipompakan kedalam drum kontrol.
  • Pompa Air, berfungsi untuk memompakan air dari bak penampungan ke drum kontrol.
  • Drum Kontrol, berfungsi sebagai pengontrol air untuk sirkulasi dan menjaga tersedotnya larva melalui pipa air masuk pada saat arus listrik padam/mati.


Setelah telur ditetaskan didalam corong penetasan, maka perawatan larva dilakukan didalam bak yang terbuat dari papan yang dilapisi plastik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

IV. Tingkat Penetasan
Dengan pemanfatan sistim corong resirkulasi dalam upaya rekayasa teknologi pembenihan ikan lokal yang dilakukan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Kuantan Singingi, maka tingkat penetasan (Hatching rate) yang dihasilkan dari sistem corong resirkulasi ini rata-rata 95 % dari jumlah telur yang dipijahkan. Hal ini menunjukan bahwa sistim corong resirkulasi sangat efektif digunakan dalam penetasan ikan-ikan lokal.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuhan tidak memberi apa/siapa yang kamu sayangi tetapi Dia akan berikan apa/siapa yang kamu butuhkan. supaya kamu dapat merasakan arti kehidupan sesungguhnya.

Saya selalu berterima kasih kepada Allah mengenai kalian, sebab kalian sudah menerima rahmat dari Allah melalui Kristus Yesus. Karena kalian sudah menjadi milik Kristus, maka hidupmu kaya dalam segala hal. Pengetahuanmu tentang segala sesuatu sangat dalam, dan kalian pandai mengajar pengetahuan itu. ( 1 Korintus 1 : 4-5 )

"Terkadang untuk menjadi berarti seseorang harus menjadi tidak berarti"

"ingatlah bahwa segalanya indah pada waktunya"