Minggu, 26 Juli 2009

Sistem Resirkulasi


PEMERINTAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
DINAS PERIKANAN
KOMPLEK PERKANTORAN PEMERINTAH DAERAH 
KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

Telp/Fax : 0760-561849

I. Pendahuluan
Kabupaten Kuantan Singingi merupakan Kabupaten yang kaya dengan sumberdaya hayati perairan umum, berbagai macam jenis ikan lokal banyak dijumpai di Kabupaten Kuantan Singingi, akan tetapi beberapa tahun belakangan ini jenis-jenis dari ikan lokal tersebut sudah sangat jarang keberadaannya. Hal ini disebabkan pengeksploitasian kawasan perairan umum seperti adanya aktifitas penangkapan yang tidak ramah lingkungan seperti penangkapan dengan bahan beracun dan penyentruman, selanjutnya adanya degradasi lingkungan seperti aktifitas penambangan yang tidak memperhatikan kelestarian perairan.
Untuk itu Dinas Perikanan berupaya melakukan pembenihan ikan-ikan lokal melalui ”Rekayasa Teknologi Pembenihan Ikan dengan Sistim Corong Resirkulasi”.
Beberapa jenis ikan lokal yang telah berhasil dikembangkan di Kabupaten Kuantan Singingi diantaranya adalah ikan Kapiat (Puntius schwanenfeldi), Paweh/Nilem (Osteochillus haselti C.V. 


II. Alat dan Bahan
Dalam sistim corong resirkulasi alat dan bahan yang digunakan adalah :

  • Corong, terbuat dari bahan fiber glass kapasitas air ± 70 – 100 liter.
  • Pipa air masuk dan air keluar digunakan paralon.
  • Aerasi, dengan menggunakan hi-blow/aerator.
  • Saringan air/filter, dengan menggunakan kain filter/busa.
  • Bak penampungan air, terbuat dari bahan fiber glass.
  • Drum kontrol, digunakan drum plastik.

 
III. Peran dan Fungsi 
Dalam pelaksanaan pembenihan, sistem corong resirkulasi ini sangat berperan sekali terhadap penetasan telur yang telah dipijahkan, adapun telur yang telah dipijahkan pada wadah pemijahan dipindahkan kedalam corong resirkulasi, dibawah ini dapat dilihat design corong penetasan sistim resirkulasi


Adapun fungsi dari sistim corong resirkulasi ini adalah :

  • Media corong adalah wadah tempat telur, pada media ini terjadi pengadukan telur karena adanya sirkulasi air.
  • Paralon Saringan Corong, dipasang di dalam wadah corong yang berfungsi sebagai saringan untuk mencegah keluarnya telur ke paralon air buang, sekaligus berfungsi sebagai kontrol volume air corong.
  • Aerasi, untuk menambah kandungan oksigen terlarut dan sekaligus berfungsi untuk membantu pengadukan air dalam corong.
  • Paralon Air Buang, berfungsi sebagai pelimpahan air dalam corong yang mengalir ke bak penampungan yang dilengkapi dengan saringan air (filter air).
  • Saringan Air, berfungsi sebagai penyaring kotoran dari pelimpahan air corong.
  • Bak Penampungan Air, berfungsi sebagai penampungan air yang selanjutnya akan dipompakan kedalam drum kontrol.
  • Pompa Air, berfungsi untuk memompakan air dari bak penampungan ke drum kontrol.
  • Drum Kontrol, berfungsi sebagai pengontrol air untuk sirkulasi dan menjaga tersedotnya larva melalui pipa air masuk pada saat arus listrik padam/mati.


Setelah telur ditetaskan didalam corong penetasan, maka perawatan larva dilakukan didalam bak yang terbuat dari papan yang dilapisi plastik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

IV. Tingkat Penetasan
Dengan pemanfatan sistim corong resirkulasi dalam upaya rekayasa teknologi pembenihan ikan lokal yang dilakukan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Kuantan Singingi, maka tingkat penetasan (Hatching rate) yang dihasilkan dari sistem corong resirkulasi ini rata-rata 95 % dari jumlah telur yang dipijahkan. Hal ini menunjukan bahwa sistim corong resirkulasi sangat efektif digunakan dalam penetasan ikan-ikan lokal.



Jumat, 24 Juli 2009

Teknik Pembenihan Puyuh






KATA PENGANTAR

Syukur  saya ucapkan buat Tuhan Yesus atas berkat yang diberikan bagi saya, atas terlaksananya suatu kegiatan penyusunan buku tentang teknis pembenihan ikan Puyuh (Anabas Testudineus).
Buku teknis pembenihan ikan Puyuh (Anabas Testudineus) ini dibuat berdasarkan hasil rekayasa teknologi pembenihan yang dilakukan oleh Dinas Perikanan pada beberapa waktu yang lalu, serta kutipan dari beberapa buah buku tentang teknis pembenihan ikan lokal.
Buku ini juga mencerminkan tentang potensi, prospek pengembangan usaha ikan-ikan lokal di Kuantan Singingi, serta dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Selanjutnya buku teknis pembenihan ikan Puyuh (Anabas Testudineus) ini dapat juga dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan pembenihan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Kuantan Singingi.
Penyusunan Buku teknis pembenihan ikan Puyuh (Anabas Testudineus) ini telah diusahakan sebaik mungkin namun demikian tidak tertutup kemungkinan dijumpai kekurangan dan kelemahan yang mungkin sifatnya tidak kami sengaja, untuk itu diharapkan saran serta kritik yang sifatnya membangun demi penyempurnaan dimasa mendatang
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga tersusunnya buku ini. Semoga buku ini banyak memberikan manfaat bagi kita.

Teluk Kuantan, Juli 2009
Ucok Mangara Tua Butar Butar, S.Pi

BAB.I 
PENDAHULUAN

1.1. Potensi

Ikan Puyuh (Anabas Testudineus) yang juga dikenal dengan nama lain Betok atau ikan raja kalau di Kalimantan, selain harganya tinggi, lebih tahan hidup terhadap perubahan lingkungan, penyakit dan dapat hidup di air tergenang (stagnan). Ikan Puyuh ini sangat digemari oleh masyarakat karena rasa dagingnya enak dan gurih, oleh karena itu jenis ikan ini cukup potensial untuk di budidayakan.
Induk-induk ikan Puyu
Ikan Puyuh dikenal juga dengan nama Betok, ikan Puyuh adalah jenis ikan yang umumnya hidup liar di perairan tawar, ikan ini dikenal juga dengan beberapa nama lain seperti bethok atau bethik. Dalam bahasa inggris dikenal sebagai Climbing gourami merujuk kemampuannya memanjat ke daratan, umumnya berukuran kecil panjangnya hingga sekitar 25 cm, namun kebanyakan lebih kecil.
Ikan Puyuh mempunyai kepala besar dan sisik keras kaku. Sisi atas tubuh gelap kehitaman agak kecoklatan atau kehijauan, sisi samping kekuningan, sisi belakang tutup insang bergerigi tajam seperti duri, umumnya hidup dirawa-rawa, sungai dan sawah, ikan ini memakan aneka serangga dan hewan-hewan air yang berukuran kecil. Puyuh jarang dipelihara orang, dan lebih sering ditangkap sebagai ikan liar, dalam keadaan normal, sebagaimana ikan umumnya, Puyuh bernafas dalam air dengan insang. Akan tetapi seperti ikan Gabus dan Lele, Puyu juga memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Ikan ini memiliki organ labirin (Labyrin Organ) di kepalanya yang memungkinkan hal itu. Alat ini sangat berguna manakala ikan mengalami kekeringan dan harus berpindah ketempat lain yang masih berair. Puyuh mampu merayap naik dan berjalan di daratan dengan menggunakan tutup insang yang dapat dimegarkan, dan berlaku sebagai semacam kaki depan. Namun tentu saja ikan ini tidak dapat terlalu lama bertahan di daratan dan harus mendapatkan air dalam beberapa jam atau ia akan mati. Penyebaran ikan Puyuh ini pada daerah rawa-rawa. Untuk lebih jelasnya dapat dlihat klasifikasi ikan Puyuh dibawah ini :
  • Kingdom : Animalia
  • Filum : Chordata
  • Kelas : Actinopterygii
  • Ordo : Perciformes
  • Familii : Anabantidae
  • Genus : Anabas
  • Spesies : Anabas Testidienus

1.2. Prospek Pengembangan Usaha Ikan Lokal
Usaha budidaya ikan puyu ini belum banyak dilakukan secara massal dan luas karena terbatasnya benih yang didapat dari alam, kebanyakan produksi ikan puyu masih merupakan hasil tangkapan dari alam dan saat ini telah mulai berkurang dan juga menunjukan kelangkaan yang diakibatkan oleh penangkapan yang tidak ramah lingkungan, seperti penyentruman, penubaan dan lain sebagainya. Di beberapa perairan telah mulai terjadi kelangkaan yang diduga karena terganggu oleh ikan-ikan lain seperti Nila, Bawal dan Lele Dumbo yang telah berkembang biak di perairan umum.
Prospek Pengembangan usaha ikan lokal di Kabupaten Kuantan Singingi sangat besar sekali dilihat dari keadaan alam yang sangat mendukung yang banyak terdiri dari rawa-rawa sebagai habitat dari jenis ikan Puyu. 
Dalam upaya mendukung terjaganya kelestarian dari populasi ikan Puyu, dan dilihat dari keunggulan-keunggulan tersebut, Dinas Perikanan Kabupaten Kuantan Singingi berupaya melakukan penguasaan teknologi pembudidayaan, dalam hal ini telah melakukan uji coba tingkat pembenihan ikan Puyu dengan berbagai metoda pembenihan seperti :
1. Pembenihan secara massal di kolam.
2. Pembenihan secara polyculture dengan ikan patin.
3. Pembenihan dengan manipulasi lingkungan.
4. Pembenihan dengan sistim injuce spawning di dalam bak plastik.

Untuk saat ini baru dilakukan tingkat penguasaan pembenihan dengan sistim injuce spawning yang telah menghasilkan larva, sedangkan 3 metode yang lain dalam tahap proses.
BAB. II 
TEKNIK PEMBENIHAN IKAN PUYU
Ikan Puyu yang akan dipijahkan telah melewati proses penseleksian, pada proses penseleksian ini induk ikan yang dipilih benar-benar telah siap untuk dipijahkan alias telah matang gonad, induk ikan jantan dan betina sebelum dipijahkan harus diletakkan pada tempat yang terpisah, adapun perbedaan antara induk ikan jantan dan induk ikan betina dapat dibedakan dengan melihat ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Bentuk tubuh yakni, ikan jantan tubuhnya lebih kecil dari ikan betina.
  2. Pola gerak Ikan yakni, ikan jantan akan bergerak lebih lincah dari ikan betina.
  3. Alat kelamin yakni, ikan jantan mempunyai satu lubang pada kelamin sedangkan ikan betina mempunyai dua lubang pada kelaminnya. Dan apabila ikan jantan diurut pada bagian perutnya kearah bawah akan mengeluarkan cairan sperma berwarna putih, sedangkan ikan betina apabila diurut pada bagian perut kearah bawah akan mengeluarkan telur yang berwarna bening kecoklatan.

Penyuntikan Induk
2.1. Sistim Pembenihan Bak Plastik
a. Persiapan bak pembenihan
Pemijahan dengan sistim injuce spawning, dilakukan dengan menggunakan bak plastik berukuran 1 x 4 x 0,30 M. Persipan yang dilakukan antara lain pengisian air yang dilakukan 2 -3 hari sebelum melakukan pemijahan, air diisi sebanyak 2/3 dari volume bak dan diberi desinfektan dengan menggunakan larutan garam dapur, selanjutnya diberi aerasi untuk meningkatkan konsentrasi O2 terlarut di dalam air dan kemudian ditebarkan jenis tanaman air seperti kiambang (Silvia netaus)sebagai pelindung telur dan larva. Selanjutnya bak ditutup dengan menggunakan plastik atau sejenisnya ini bertujuan supaya suhu air bisa dipertahankan dan ikan Puyu tidak melompat ke luar.
Bak pemijahan
b. Penyuntikan
Penyuntikan terhadap ikan Puyu dilakukan bersamaan antara induk jantan dan betina (penyuntikan dilakukan hanya sekali), adapun hormon yang digunakan dalam penyuntikan ini adalah hormon ovaprim dengan dosis yang di berikan pada penyuntikan tersebut sebesar 0,4 ml/Kg induk baik untuk induk ikan betina maupun induk ikan jantan.
Setelah dilakukan penyuntikan antara induk ikan jantan dan induk ikan betina maka induk ikan tersebut diletakkan pada bak pemijahan untuk melakukan proses pemijahan, dengan perbandingan 3 : 1 (3 jantan 1 betina).
Setelah ikan Puyu memijah selang waktu antara 10 – 12 jam maka induk ikan jantan dan betina diangkat atau dikeluarkan dari bak pemijahan, sementara telur yang telah dipijahkan kita biarkan balam bak tersebut. 
c. Penetasan
Penetasan telur yang telah dipijahkan oleh induk ikan dilakukan pada bak pemijahan yang diberi aerasi sebagai penambah oksigen terlarut di dalam air. Telur ikan Puyu akan menetas antara 10 – 12 jam.
d. Pendederan
Setelah umur larva mencapai 15 hari maka larva di panen untuk didederkan, sebelum pendederan dilakukan kolam deder harus disiapkan terlebih dahulu minimal 1 minggu sebelum larva didederkan. Didalam penyiapan kolam pendederan ini ada beberapa proses yang dilakukan antara lain :
• Pengeringan
Kegiatan pengeringan biasanya dilakukan selama 5 – 6 hari apabila cuaca cerah dan apabila cuaca mendung pengeringan biasanyadilakukan selama 2 minggu.
• Pengapuran
Pengapuran dilakukan pada awal persiapan kolam atau sebelum pengisian air, hal ini bertujuan untuk membunuh semua hama yang ada didalam kolam, Pengapuran juga bisa untuk menstabilkan derajat keasaman (pH) pada kolam. Adapun kapur yang digunakan adalah kapur tohor dengan dosis pengapuran sebesar pengapuran sebaiknya 25 – 50 gr/m2, cara pengapuran dengan menebarkan kapur secara merata pada permukaan kolam.
• Pemupukan
Pemupukan pada kolam dilakukan Setelah pengapuran, biasanya pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Untuk pupuk organik biasanya dari kotoran hewan/pupuk kandang, sedangkan untuk pupuk anorganik biasanya digunakan jenis pupuk urea dan TSP. Adapun dosis pemupukan ini adalah 250 – 500 gr/m2 untuk pupuk organik/pupuk kandang, dan 15 gr/m2 untuk pupuk organik jenis urea dan 10 gr/m2 untuk jenis TSP dengan cara menebarkan secara merata pada permukaan kolam.
• Pemasukan Air
Kegiatan pengisian air dilakukan dengan cara mengairi kolam sedalam 10 cm dan dibiarkan selama 3 – 4 hari agar terjadi reaksi antara berbagai macam pupuk dan kapur dengan tanah, dan pada hari kelima air kolam ditambah menjadi sedalam 50 cm.
• Penyemprotan dengan insektisida
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar kolam benar-benar bebas dari hama. Adapun dosis yang digunakan adalah 0,05 ppm, dilakukan secara merata pada kolam dan dinding kolam.
2.2. Sistim Pembenihan Hapa di Kolam

a. Persiapan hapa pembenihan
Pembenihan ikan Puyu pada hapa perlakuannya hampir sama dengan pembenihan yang dilakukan pada bak plastik, tetapi ada sedikit perbedaan pada persiapan tempat pemasangan hapa (kolam)
Kolam tempat pemasangan hapa
Pembenihan dengan sistim hapa persiapan yang harus dilakukan antara lain :
  • Kolam tempat pemasangan hapa terlebih dahulu dilakukan pengapuran, pemupukan, pengisian air serta pembasmian hama dengan menggunakan insektisida.
  • Kolam dibiarkan beberapa hari (7 hari) dengan tujuan untuk menumbuhkan phytoplankton.
  • Selanjutnya hapa pemijahan dipasang pada kolam.
Hapa pembenihan
b. Penyuntikan
Penyuntikan terhadap ikan Puyu dengan sistim pembenihan hapa sama dengan penyuntikan yang dilakukan pada sistim pembenihan bak plastik yaitu antara induk ikan jantan dan induk ikan betina penyuntikan hanya sekali dan dilakukan bersamaan antara induk jantan dan betina dan hormon yang digunakan dalam penyuntikan ini adalah hormon ovaprim dengan dosis yang di berikan pada penyuntikan tersebut sebesar 0,4 ml/Kg induk baik untuk induk ikan betina maupun induk ikan jantan. Setelah itu induk yang telah disuntik dimasukan kedalam hapa pemijahan untuk melakukan proses pemijahan, dengan perbandingan 3 : 1 (3 jantan 1 betina).
Setelah ikan Puyu memijah selang waktu antara 10 – 12 jam maka induk ikan jantan dan betina diangkat atau dikeluarkan dari hapa pemijahan, sementara telur yang telah dipijahkan kita biarkan dalam hapa tersebut sampai menetas.
c. Penetasan
Setelah ikan memijah induk ikan diangkat atau dikeluarkan dari hapa, dan kemudian untuk penetasan telur tetap dilakukan didalam hapa, pada hapa diberi aerasi untuk menambah oksigen terlarut di dalam air. Setelah 10 – 12 jam kemudian Telur akan menetas.
Setelah telur menetas, larva yang ada didalam hapa secara perlahan dikelurkan dari hapa dan dimasukan ke dalam kolam/bak semen, dan pada kolam/bak semen inilah pembesaran larva dilaksanakan.
Pada sistim pembenihan dengan menggunakan hava di kolam, tidak dilakukan pendederan karena kolam telah disiapkan sekaligus sebagai tempat pendederan.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Bambang. 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Kanisius, Yogyakarta.
Susanto, Heru. 2008. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya, Bogor
Khairuman dan Khairul Amri. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. PT. Agro Media Pustaka, Jakarta.
















Sabtu, 11 Juli 2009

Potensi Patin di Kabupaten Kuantan Singingi

PROFIL DAN PROSPEK
PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN PATIN
DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI


                                                         
DINAS PERIKANAN
KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
KOMP. PERKANTORAN PEMDA Telp. 0760-561849, 561849
TELUK KUANTAN
2009
KATA PENGANTAR


Buku Profil dan Prospek Pengembangan Budidaya Ikan Patin di Kabupaten Kuantan Singingi ini merupakan bahan informasi untuk para pengambil kebijakan dalam sub sektor perikanan, khususnya untuk pengembangan dan pembangunan ekonomi yang berbasiskan pada komoditi Perikanan.
Materi yang disajikan mencakup kondisi umum perikanan, potensi sumberdaya yang ada (potensi alam yang mendukung usaha perikanan), maupun peluang investasi yang ada pada setiap Kecamatan di Kabupaten Kuantan Singingi, sehingga dapat memberikan gambaran dan kemudahan kepada para calon investor dalam negeri maupun asing serta BUMD/BUMN yang ingin melakukan investasi di Kabupaten Kuantan Singingi.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta partisipasinya hingga dapat tersajinya buku ini kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih.


  Teluk Kuantan, Juli 2009

                                                                                     
UCOK MANGARA TUA BUTAR BUTAR, S.Pi

I. PENDAHULUAN

Kabupaten Kuantan Singingi merupakan salah satu daerah pemekaran di Riau yang corak perekonomiannya agraris, dengan topografi daerah dataran rendah yang bergelombang dan membentang dua sungai besar yakni Sungai Kuantan dan Sungai Singingi.
Aliran sungai di Kabupaten Kuantan Singingi mempunyai fungsi yang sangat strategis sebagai sumber air untuk keperluan rumah tangga, transportasi, sumber ikan, rekreasi dan drainase wilayah Kuantan Singingi.

Gambar 1. Peta Kabupaten Kuantan Singingi

Letak geografis Daerah Kuantan Singingi yang berada pada daerah lintas tengah sumatera merupakan salah satu pintu gerbang utama untuk masuk ke Daerah Provinsi Riau melalui jalan darat dari arah selatan. Posisi strategis ini menjadikan daerah ini sebagai salah satu daerah yang sangat menjanjikan sebagai daerah penghasil bebagai komoditi pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan maupun sebagai daerah pengembangan agri industri dan Agrowisata.
Daerah Kuantan Singingi sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Kampar, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Indera Giri Hulu, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Jambi dan sebelah Barat dengan Provinsi Sumatera Barat.
Adapun luas wilayah Kabupaten Kuantan Singingi 7.656,03 Km2 dengan ibu kota Kabupaten Teluk Kuantan, dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun 2008 berjumlah 312.118 jiwa. Kabupaten Kuantan Singingi ini terdiri dari 12 Kecamatan, 11 Kelurahan dan 205 Desa defenitif.

Pengembangan kegiatan-kegiatan primer dalam sektor pertanian dilaksanakan secara terpadu dan komprehensif dengan memanfaatkan potensi sumber daya manusia dan
sumber daya alam guna meraih peluang yang lebih baik. Adanya peluang pemasaran pada pasar
lokal maupun keluar daerah dan ekspor didorong oleh dekatnya letak Kabupaten ini ke daerah pemasaran seperti Pekanbaru, Batam, Singapura dan Malaysia. Dalam upaya untuk menarik investor agar menanamkan modalnya di Kabupaten Kuantan Singingi selain ditentukan oleh tersedianya sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia memadai juga sudah barang tentu aspek sosial politik yang kondusif merupakan daya tarik yang tidak kalah penting.
 
Gambar 5. Hamparan Perkolaman BBI Tesso


II. KEADAAN UMUM PERIKANAN

Kabupaten Kuantan Singingi merupakan salah satu wilayah Kabupaten di Propinsi Riau dengan corak perekonomian agraris, yang sebagian besar daerahnya dipergunakan sebagai perkebunan, namun di sub sektor perikanan daerah ini mempunyai potensi yang perlu digali dan dikembangkan yang mempunyai prospek yang cerah. Hal ini terlihat dari kontribusi dalam PDRB Kabupaten Kuantan Singingi pada tahun 2006 sebesar 59,99 % berasal dari sektor pertanian,begitu pula bila dilihat dari tenaga sebanyak 72,21 % dari penduduk bekerja dilapangan usaha pertanian, dan sebanyak 1309 Rumah Tangga diantaranya bekerja di sub sektor perikanan (Kuantan Singingi dalam angka 2006, menurut lapangan usaha dan Dinas Perikanan Kuantan Singingi 2007).
Usaha perikanan yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi pada umumnya berupa penangkapan ikan di perairan umum, budidaya ikan air tawar, pemasaran dan pasca panen. Total produksi ikan Kabupaten Kuantan Singingipada tahun 2008 mencapai 1.278,618 ton yang terdiri dari hasil penangkapan ikan di perairan umum sebesar 132,000 ton dan produksi budidaya 1.278,618 ton (kolam1.1.138,000 ton dan keramba 8,618 ton).
a. Penangkapan Ikan di Perairan Umum
Usaha penangkapan ikan di perairan umum sebagian besar dilakukan di dua sungai besar yakni di Sungai Kuantan dan Sungai Singingi dan anak-anak sungai, rawa dan danau disepanjang kedua daerah aliran sungai tersebut. Jenis ikan yang banyak tertangkaptidak kurang dari 40 jenis ikan ekonomis penting seperti Baung (Macrones nemurus), Tapah (Wallago, sp), Patin (Pangasiun sp), Belida (Notopterus chitar), Kelemak (Leptobarbus houveni), Kapiat (Puntius schawanofeldi), Kalabau (Osteochillus melanopleura), Kalui (Osphronemuos gouramy), Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii) dan lain sebagainya. Dari hasil tangkapan ikan di perairan umum selama tahun 2008 telah dihasilkan ikan sebanyak 132,000 ton yang diusahakan oleh 1.385 RTP (Rumah Tangga Perikanan).
b. Budidaya Ikan
Usaha budidaya ikan air tawar (kolam) sudah mulai berkembang yang dilakukan di daerah irigasi dan dataran rendah yang memiliki anak sungai. Luas areal kolam di daerah ini adalah 164,00 Ha dengan produksi 1.138,000 ton yang diusahakan oleh 1.263 RTP (Rumah Tangga Perikanan). Sedangkan keramba di daerah ini berjumlah 16 unit dengan tingkat produksi 8.618 ton yang diusahakan oleh 10 RTP. Lokasi perkolaman dan keramba tersebar di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Kuantan Singingi, dengan konsentrasi areal kolam terluas berada di Kecamatan Kuantan Tengah yaitu seluas 26,91 Ha atau 26 %. Sedangkan konsentrasi keramba banyak terdapat di Kecamatan Cerenti dan Hulu Kuantan dengan jumlah keramba sebanyak 13 unit dan 3 unit. Sebagian besar dari produksi ikan dipasarkan dalam keadaan hidup dan segar di pasar-pasar lokal dan luar daerah seperti Air Molek, Rengat dan Tembilahan, hanya sebagian kecil saja yang diolah dijadikan ikan salai dan bentuk olahan/awetan lainnya.

         
Gambar 6. Hamparan Perkolaman Sentra Tesso

c. Pembenihan
Untuk memenuhi kebutuhan benih ikan sebagian telah mampu di produksi sendiri oleh petani ikan pembenih (UPR) dan Balai Benih Ikan Teso. Produksi UPR tahun 2008 berjumlah 9.160.100 ekor dan BBI Teso dan Hatchery Mini sebanyak 901.614 ekor dengan konsentrasi produksi benih di Kecamatan Kuantan Tengah dan Benai, sementara itu kebutuhan benih ikan mencapai 15.801.000 ekor. Kekurangan benih ikan ini sebagian besar di datangkan dari Pekanbaru dan sumatera Barat terutama untuk jenis ikan Patin, Bawal, Tawes dan Kalui.

Gambar 7. Sarana Peralatan Pembenihan Ikan


III. POTENSI BUDIDAYA IKAN PATIN

a. Perairan umum
Luas perairan umum di Kabupaten Kuantan singingi di perkirakan seluas 24.033 Ha yang terdiri dari danau 63 Ha, rawa19.890 Ha dan sungai 4.080 Ha di taksir potensi lestarinya dapat menghasilkan ikan sebanyak 1.201,65 ton/tahun. Selain itu perairan umum dapat pula dimanfaatkan untuk usaha budidaya ikan dalam keramba dan jaring apung yang diperkirakan dapat menampung 3000 unit keramba/jaring apung dengan kapasitas produksi per tahunnya 7.500 ton. 


Kawasan Perairan Umum
b. Lahan Kolam
Berdasarkan data dari Dinas Perikanan Provinsi Riau (1995), ditaksir terdapat lebih 2000 Ha lahan yang dapat dijadikan kolam yang terdiri dari kolam irigasi, kolam mata air/tadah hujan, beririgasi sederhana, dan keramba/jaring apung. Dari luas lahan potensial itu diperkirakan akan mampu memproduksi ikan hasil budidaya ikan air tawar setiap tahunnya sebesar 10.000 ton.

Gambar 8. Saluran Irigasi Tesso

c. Pembenihan
Untuk pengembangan usaha pembenihan cukup banyak tersedia lahan yang cocok untuk usaha pembenihan ikan air tawar, diperkirakan dimungkinkan didirikan usaha pembenihan skala menengah sebanayak 5 – 10 unit dengan kapasitas produksi sebesar 20 – 30 juta ekor benih ikan/tahun.


IV. PELUANG USAHA DAN INVESTASI IKAN PATIN
Beberapa jenis usaha di bidang perikanan yang sangat prospektif dan mempunyai peluang yang cukup besar untuk dikembangkan antara lain :
a. Budidaya Ikan di Kolam
Jenis ikan yang dikembangkan dipilih jenis-jenis ikan yang ekonomis dan cocok untuk dikembangkan di daerah dataran rendah ini seperti Patin (Pangasius Hypopthalmus), Lele Dumbo (Clarias gariepenus), Baung (Macrones nemurus), Nila (Oryochromis niloticus), Mas (cyprinus carpio), Gurame (osphronemous gouramy), Betutu (Oxyeleotris marmorata), Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii) dan Bawal Air Tawar ( Colososoma macropomum). Selain dapat diusahakan secara monokultur di kolam ikan dapat pula diusahakan secara terpadu dengan ayam atau itik (Longyam/Longtik), dan dapat pula dengan tanaman sayur-sayuran (sistem surjan), serta sebagai usaha mina padi.


Gambar 10. Ikan Konsumsi siap dipanen

Sebaran usaha budidaya ikan menyebar di seluruh Kecamatan di Kabupaten Kuantan Singingi terutama banyak dikembangkan di teluk Kuantan, Lubuk Jambi, Muara Lembu, Baserah, Benai dan Cerenti. Areal untuk pengembangan masih sangat memungkinkan terutama pada dataran-dataran rendah yang banyak terdapat aliran sungai dan daerah yang memiliki sumber air irigasi.
Tabel.   Potensi dan Produksi Patin per Kecamatan di Kabupaten Kuantan Singingi                                       tahun 2008.

b. Budidaya Ikan dalam Keramba/jaring Apung
Untuk memacu tersedianya ikan konsumsi dapat diupayakan melalui budidaya ikan dalam keramba di sungai dan jaring apung di waduk atau danau. Jenis ikan yang dikembangkan dipilih jenis ikan yang respon terhadap pakan buatan dan memiliki harga jual yang baik, seperti Baung, Nila Gift, Patin Kuantan, Bawal Air Tawar dan ikan lokal lainnya. Sebaran usaha ini dapat dikembangkan sepanjang bantaran batang Kuantan dan singingi serta waduk/danau yang kedalaman airnya minimal 3 meter seperti Waduk Teso, Waduk Pangean, Waduk Kebun Nopi.
 
Tabel. Potensi, Jumlah dan Produksi Keramba per Kecamatan di Kabupaten Kuantan Singingi                  tahun 2008.

 
V. PENUNJANG BUDIDAYA PATIN

A. Pembenihan (Hatchery)
Usaha yang sangat esensial dalam pengembangan usaha budidaya ikan air tawar adalah penyediaan sarana produksi berupa benih ikan. Untuk memenuhi kebutuhan benih ikan saat ini diperlukan benih ikan lebih kurang sebanyak 15 juta ekor, sekitar 10 juta atau 75 % saja yang sudah dapat dipenuhi, sebagian lagi didatangkan dari luar daerah seperti Sumatera Barat dan Pekanbaru. Usaha pembenihan ini, selain untuk memenuhi kebutuhan lokal juga ditujukan untuk mensuplai kebutuhan benih ikan di daerah sekitar Kuantan Singingi dan untuk tujuan ekspor.
B. Pabrik Pellet (Pakan Ikan)
Kebutuhan pellet untuk usaha budidaya ikan akan senantiasa meningkat dari tahun ke ahun sejalan dengan berkembangnya usaha budidaya ikan air tawar di daerah ini. Pada tahun 2007 saja diperlukan pakan ikan sebanyak lebih kurang 300 ton. Dengan didirikannya pabrik pakan ikan di daerah ini akan dapat menekan biaya produksi dari pakan karena di daerah ini tersedia bahan baku berupa dedk, jagung dan ampas (bungkil) inti sawit.

C. Pemasaran
Pemasaran produk-produk perikanan di pasar-pasar lokal berjalan cukup lancar terutama bila dipasarkan dalam bentuk hidup, namun daya serap pasar masih terbatas. Untuk itu orientasi pasar juga harus diarahkan pada pasar luar daerah dan ekspor dengan pemilihan jenis ikan yang tepat dan mempunyai daya saing yang tinggi. Beberapa jenis ikan seperti Patin, Lele, Mas dan baung sebagian masih di datangkan dari daerah lain, namun beberapa spesies tertentu seperti Nila dan Bawal terpenuhi dari produksi kolam daerah.
Upaya pemasaran komoditas perikanan Kabupaten Kuantan Singingi ini terutama untuk pemenuhan kebutuhan pasar lokal dan pemasaran ke luar daerah, petani di arahkan untuk membudidayakan ikan yang produksinya masih sedikit seperti ikan Patin dan mas sehingga hasil produksi dapat di serap pasar.
                     
Gambar 13. Pamasaran Hasil Komoditi Perikanan di Pasar








 

Sabtu, 04 Juli 2009


what news!!!

                                                  Pendederan Ikan Gurame di Kolam Plastik

Ikan gurame termasuk ikan labirin, yakni dapat hidup dalam air yang kekurangan oksigen, karena ikan gurame dapat menghisap oksigen dari udara bebas. Dengan kondisi tersebut, petani dapat melakukan usaha ‘pembenihan’ pendederan ikan gurame, meskipun tidak mempunyai air yang mengalir.

Ikan gurame termasuk ikan yang tidak banyak gerak, sehingga dengan areal yang relatif sempitpun dapat ditanami ikan dalam jumlah banyak. Hal ini dapat menghemat lahan dan memberikan peluang kepada petani yang mempunyai lahan sempit untuk mempunyai kolam pendederan gurame sebagai sumber pendapatan keluarga. Selain itu, ikan gurame bernilai ekonomis tinggi dibandingkan dengan jenis ikan lainnya baik benih maupun konsumsi.

Kolam Plastik

Tasikmalaya memang sudah sejak lama dikenal sebagai sentra budidaya perikanan air tawar termasuk ikan gurame, baik di tingkat provinsi maupun nasional, juga sampai ke luar negeri. Dan banyak petani ikan asal luar negeri yang berguru perikanan air tawar ke Tasikmalaya. Meskipun demikian, tidak semua wilayah di Kab. Tasikmalaya dapat melakukan kegiatan budidaya ikan air tawar, karena ketersediaan air yang kurang.

Karena ketersediaan air yang minim, maka pendederan ikan gurame pada kolam plastik menjadi salah satu jawaban yang tepat bagi sub sektor perikanan. Dengan kolam plastik, lahan sempit dan air yang kurang, bukan suatu masalah lagi. Karena kolam plastik ini adalah usaha budidaya yang hemat lahan dan air, serta untungnya besar.

Dalam budidaya ikan, orang lebih mengenal tambak, karamba, jaring apung, kolam air tenang dan kolam air deras. Selain itu, adalagi kolam batu dan kolam plastik.
Kolam batu ada di daerah Kec. Cikatomas Kab. Tasikmalaya, yaitu kolam yang dibuat pada lahan cadas. Kolam batu dianalogkan dengan sawah, yakni kolam tadah hujan, karena mengandalkan air hujan sebagai sumber airnya. Kolam batu tersebut berfungsi sebagai bak penampungan air untuk sumber air di musim kemarau dan sebagai kolam tetenong.

Kolam plastik sebenarnya bukan istilah baru dan sudah digunakan meski terbatas di lingkungan lembaga perikanan. Namun di Kab. Tasikmalaya, kolam plastik tersebut berkembang pesat baru-baru ini di Kec. Cinema dan Kec. Manonjaya. Sampai saat ini, sudah lebih dari 600 buah kolam plastik yang dibangun petani ikan di dua wilayah kecamatan tersebut.

Kolam plastik bukanlah kolam khusus yang terbuat dari plastik tetapi tetap terbuat dari tanah. Namun, karena tanah di daerah tersebut adalah tanah yang porus/sarang (tidak dapat menahan air) dan airnya bukanlah air yang mengalir, maka air di kolam tersebut tidak cepat habis, dasar kolam dan pinggir kolam dilapisi plastik.

Luas kolam plastik kecil, rata-rata 14 meter persegi dengan kedalaman air antara 10-60 cm. Kecuali untuk kolam pendederan I dan pendederan II, luasnya cukup 2 meter persegi dengan kedalaman air 10 cm. Begitu pula untuk ukuran kaset, luasnya bisa 2-3 kali luas dibandingkan dengan kolam untuk ukuran benih yang lebih kecil dari ukuran kaset dan kedalamannya bisa sampai 1 meter. Ukuran panjang atau lebar kolam disesuaikan dengan keadaan lahan.

Analisa Usaha

Khusus di kalangan petani ikan di Kab. Tasikmalaya dikenal sebagai istilah untuk ukuran benih ikan, mulai dari lepas baskom (lemung), biji ketimun, biji labu, kuku, paneker, silet, kotak, korek, garfit sampai kaset. Benih ikan mulai dari lempung sampai sebesar kaset membutuhkan waktu sekitar 8 bulan atau 8 periode pendederan. Sedangkan pendederan untuk masing-masing periode pendederan berkisar antara 17-30 hari.

Pendederan I menghasilkan benih ukuran biji mentimun lama pendederan 17-20 hari, pendederan II (biji Isbu) selama 17-20 hari, pendederan III (ukuran kuku) selama 30 hari, pendederan I (paneker) selama 30 hari, pendederan VI (silet) 30 hari, pendederan (korek) 30 hari, pendederan VII (korek) 30 hari dan pendederan VIII (kaset) selama 30-45 hari. Namun dari berbagai periode pendederan, yang dinilai paling menguntungkan adalah pendederan I dan II.

Analisa usaha budidaya pendederan I lepas baskom (1-3 cm) pada kolam 2 meter persegi yakni, pembuatan kolam bayar upah 1 orang pekerja untuk 1 hari Rp. 20.000, beli plastik 2 meter @ Rp. 7.000 (Rp.14.000) dan spin Rp. 7.000. Jumlahnya Rp. 41.000. Beli benih 4.000 ekor kali Rp. 5 yakni Rp. 20.000 dan biaya lain-lain Rp. 50.000. Sehingga totalnya Rp. 131.500. Kemudian hasil produksi sebesar biji mentimun jumlah ikannya 3.000 ekor x Rp. 125/ekor menjadi Rp. 375.000 – Rp.131.000 = Rp. 243.500 (keuntungannya).

                                                                                  Created by : Ucok Mangara Tua Butar Butar, S.Pi


Tuhan tidak memberi apa/siapa yang kamu sayangi tetapi Dia akan berikan apa/siapa yang kamu butuhkan. supaya kamu dapat merasakan arti kehidupan sesungguhnya.

Saya selalu berterima kasih kepada Allah mengenai kalian, sebab kalian sudah menerima rahmat dari Allah melalui Kristus Yesus. Karena kalian sudah menjadi milik Kristus, maka hidupmu kaya dalam segala hal. Pengetahuanmu tentang segala sesuatu sangat dalam, dan kalian pandai mengajar pengetahuan itu. ( 1 Korintus 1 : 4-5 )

"Terkadang untuk menjadi berarti seseorang harus menjadi tidak berarti"

"ingatlah bahwa segalanya indah pada waktunya"